Masa PKL adalah masa seorang mahasiswa mengenal dunia industri lebih real, selain untuk aplikasi teori yang sudah didapat dari perkuliahan kampus. Nah, daripada nganggur dan blog saya tak aktif, maka saya isi dengan beberapa cerita saya awal PKL di PT Krakatau Steel (KS), Tbk. bagi yang belum nih, perusahaan KS itu memproduksi steel (baja)dan menjadi perusahaan baja pertam di Asia Tenggara. lokasinya ada di Cilegon, propinsi Banten.
The 1st Day of My PKL
PKL di PT KS dimulai tanggal 04 Februari 2013 (Senin). Aku berangkat dari Jogja Ahad pkl 15.00 dan tiba di terminal Serang baru Senin pukul 12.00 WIB.
Alhamdulillah Allah memberikanku peringatan sekaligus keselamatan dari ini. Bis Santoso yang aku bayar 145.000 (gak penting kali yee), seharusnya sampai di Serang pukul 05.00, tapi realita berkata lain. As-sabab yakni ban mobil angus malam hari dan paginya bujur diseruduk container dari belakang hingga pengok dan mesin hampir mati. Dua jam aku telah menunggu bis di jalan tol, Bapak (Ayah A’ Deo, yang juga menjadi Bapak angkatku) menelepon: “Said, sudah dimana?” “Masih di terminal Bekasi, pak. Mungkin sekitar 2 jam lagi,” jawabku.
Setelah itu, aku sms ke Bu Erna (pengurus administrasi PKL di PT KS), yang isinya adalah permintaan maafku terlambat datang di PUSDIKLAT. Dibalas olehnya: “Iya, gak apa-apa. Kondisi Said gimana? Sekarang istirahat dulu, besok pagi saja ikutnya tidak apa-apa.” Alhamdulillah sekali tuturku dalam hati.
Tibalah di terminal Serang, tapi tepatnya depan agen Bis Santoso. Aku turun langsung mencari konter untuk men-charge HP ku yang sedari di mobil low battery. Kutinggal HP ku di konter dan aku mencari masjid untuk mandi (hehe, 2 hari belum mandi…) dan sholat Dzuhur. Ternyata Bapak nelpon HP ku beberapa kali, aku cukup menyesal telah membuatnya kecewa. Lalu A’ Deo nelpon: “Said lagi dimana? Dah ditunggu ma Bapak tuh di terminal, astaghfirullah…”. “Ya, pak nanti saya ke depan lampu merah”, jawabku pada telpon Bapak setelah A’ Deo telpon. Via sms kumanfaatkan sebelum HP mati untuk memberi isyarat pakaianku bahwa aku memakai peci putih dan jaket hitam. Alhamdulillah di lampu merah, Bapak melambaikan tangannya menandakan ia menemukanku dan aku pun baru tahu kalau penampilan bapak seperti itu. Aku sedikit diomelin sama Bapak, hehe (maaf ya pakk dan A’ Deo…).
Cium tangan dan salam telah kulakukan, tingggal ikut bapak menuju ke Serang. Awalnya, aku mengira itu rumah A’ Deo, tapi rupanya rumah Bibi. Kusambi kopi dan rambutan. Jam 3 aku dan bapak + de’ Diki pulang ke Pandeglang, setelah pamit dengan Mama, Bibi dan Uwak. Dalam perjalanan, hujan mengguyur akibatnya kami berhenti di pasar Serang kota. Alhamdulillah di situ aku dapat charger HP ku yang pas dengan harga 25 ribu + charge ¼ full karena udah mau melanjtukan perjalanan lagi.
Sampai di rumah Pandeglang, aku kaget karena rumahnya begitu luas dengan 1 ruang serbaguna (maaf ya, A’ Deo). Alhamdulillah maghrib segera datang setelah aku dan Bapak tunaikan sholat Ashar. Maksudnya untuk alasan agar aku tinggal di masjid sehingga tak merepotkan mereka. Aku tak mandi lagi sore itu. Tak masalah. Hebatnya dari keluarga A’ Deo adalah mereka masih bisa menghormati tamu dengan baik, memberiku makan malam dengan seadanya (ada ikan, sambal, lalapan, mie goring juga hehe, banyak ya..). abis maghrib aku keluar masjid bergabung dengan remaja masjid. Ya apa lah SKSD kan silaturahmi. Yang kukenal ada Bukhori, Obi, Very, dan 1 lagi siapa ya llupa… (dibantu ya, A’ Deo..). mereka semua ternyata rekan seperjuangan A’ Deo di masjid.
Setelah Isya, aku teringat akan tugas ujian pondok yang belum dikirim. Kucari warnet, tak ada rupa. Ada Very (kawan A’ Deo) yang punya modem dan laptop, tapi koneksinya cukup lama dan saya belum juga kerjain tugas power point-nya. Akhirnya jam 10 malam tiba dan saya harus mengakhirinya karena tak baik berlam di rumah orang, sementara Bapak juga menungguku di rumah.
Aku harus pulang karena janjiku. Ku pulang, pintu sudah tertutup, akhirnya aku naik ke jendela rumah sebelah tempat A’ Deo tidur (kamar teman A’ Deo). Di sana kutemui teman A’ Deo yang kuliah di UIN Jakarta (lupa juga namanya, maaf ya a’..).
Yah, di sinilah aku belajar hidup dan kehidupan dengan teladan A’ Deo yang pernah kulihat. Satu, aku harus bersabar menghadapi keadaan yang tak sesuai harapan. Dua, usaha dulu, baru ngomong.
1 komentar:
Assalamu'alaikum.
semangat untuk PKLnya ya, kak.
:)
Posting Komentar