Laman

Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 14 Februari 2013

The first Weekend in My PKL


Tahukah kau apa yang aku lakukan kalau liburan kerja? Sebagian orang bepergian ke kota atau tempat-tempat ramai yang menjadi kota utama di Cilegon atau di Banten. Ada pula yang malah menggunakan waktu libur untuk garap laporan PKL. Ya, salah satunya adalah diriku. Karena aku tidak ingin menunda-nunda pekerjaan dan ingin cepat pulang ke kampong, maka dari itu aku harus merampungkannya sebelum akhir atau maksimal hari akhir untuk PKL di DR Plant PT KS.

Hari Sabtu, aku pergi ke tampat tinggal baru untuk melihat-lihat kondisi kamar dan rumahnya. Ternyata rumah yang akan aku tinggali mungil dan sederhana. Di tempat baru itu aku akan mendapatkan makan tiga kali (pagi-siang-malam) kalau Sabtu dan Ahad, sementara hari kerja hanya dua kali (siang dan malam), tapi makan siang itu diantar ke pabrikku. Wah, uenak sekali. Laundry pakaian juga dari situ. Hal lain, aku dapat contoh laporan KP dari beberapa tahun sebelumnya yang tinggal di situ. Hanya saja, aku masih membayangkan harganya yang tidak kalah saing, 850 ribu / bulan, kawan. Ibu (Bu Erna) bilang sih, dia dan Bu Ani (Endar Hananingsih Dyah) yang menaggung bayarannya. Aku belum mendapatkan hal yang clear  tentang hal itu sampai Ahad tiba.

 Hari Ahad aku sudah siap-siap untuk beralih tempat dari rumaah Ibu ke ruamh Bu Ani. Sekitar jam 10 aku pergi ke habitat baru bersama A’ Iman (anak pertama Ibu). Sebelumnya, aku sudah diberi sarapan nasi uduk yang cukup mengenyangkan. Sudah itu, aku cucikan piring dan gelas yang kotor. Aku juga mikir pekerjaanku belum dapat membayar harga nasi yang kumakan.

Sampai di rumah Bu Ani, aku bertemu dengan anak-anak Teknik Mesin UNS Surakarta, Teknik Mesin UB, dan Teknik Fisika UGM YOGyakarta. Hidup di daerah Snda, tapi kami tetep asyik dengan JAWA, maklum kami semua dari golongan Jawa, yang tanpa punya salah berbicara dengan bahasa Jawa, hehe. Di tempat baru ini, terkesan asyik saat pertama kali ku masuk, suasana rumah yang membuat santai, penuh kedamaian, dan pemiliknya pun ramah meski berbeda ‘paham’ dengan kami.

Aku makan tiga kali sehari hari Ahad ini. Pakaian pun dicucikan dan diseterikakan. Tempat tidur dengan kasur yang empuk plus bantal pillow dan guling, walau di ranjang atas dan tak ada lemari untuk sekedar mennyimpan buku dan baju. Tapi itu tak begitu urgent.

Hari ini aku menjadi orang beruntung karena aku menjemput bola rezekiku. Rezeki itu sudah diatur oleh Allah dan itu berada di tangan-Nya. Nah, kalau kita tidak mengambilnya, maka rezeki itu ya tetap tinggal di tangannya. Padahal Allah sudah menyuruh kita untuk menjemputnya.  

The 4th and 5th Day in Cilegon


Hari keempat dan kelima itu hari yang cukup menyebalkan karena aku dan teman-teman PKL di PBS (Pabrik Besi Sponge) atau biasa juga disebut tempat DRP (Direct Reduction Plant), sering di-gantungkan. Perlu diketahui barang kali aku belum ngasih tahu sebelumnya bahwa kami dari UII ditemani teman-teman POLINEMA (Politeknik Negeri Malang) dari teknik kimia D3. Mereka berenam terdiri dari 3 cewek dan 3 laki, sepertinya pasangan (entahlah aku tak mau ikut campur atau menyebarkan aib orang lain, kan gak baik). 

Hari keempat aku dapat materi mengenai proses HYL-III (proses pembuatan besi sponge dari bahan pellet). Hanya berjalan setengah hari, settelah dzuhur kami hanya bersantai dan melihat-lihat tempat dengan tak jelas.

Hari kelima kami masuk lagi di ruang rapat untuk mendapatkan matei tentang Rk (Rotary Kiln). Adalah suatu proses pembuatan Carbon Raiser (salah satu bahan untuk pembuatan steel, yang dicampur dengan besi sponge) dengan bahan baku Green Coke (limbah dari PT PERTAMINA- Balongan Inddramayu atau Dumei Sumatera). Rk mengggunakan alat-alat bekas yang katanya juga merupakan ide dari anak bangsa sendiri (hebat ya- hayo pemuda Indonesia lain mana?).  prosesnya sangat sederhana hanya pemasana dengan burner dan pendinginan dengan cooling water.

Tapi , Alhamdulillah kami dapat informasi cukup banyak tentang alat-alat dan proses yang ada di DR Plant. Untuk info lainnya di edisi berikutnya ya… aku sudah kecapean menulis nih. Makasih yang sudah setia membaca dan mendengarkna ceritaku di sini. Kuacungkan jempol deh…!

Pelajaran hari ini: Malu bertanya sesat di jalan (betul karena kalau aku gak nanya, aku bisa nyasar ke tempat lain dan gak bisa pulang ke rumah Ibu), mau dapat informasi ya harus bertanya. Bertanyalah sedetil mungkin dah tanyakan hal di luar objek kita sebagai info tambahan (untuk pengetahuan/intermezzo). 

THE THIRD DAY IN ‘PKL’


Ini hari kedua aku masuk di kawasan Industri KS, tapi sebenarnya menjadi hari ketiga aku PKL. Aku membuat cerita ini setelah pulang dari kerja. Pukul 05.11 aku di depan laptop dan menulis kalimat ini.

Pagi tadi (06/02) aku bisa bangun sebelum jam 05.00. sholat subuh dan ngaji Alhamdulillah masih dapat kulakukan. Bedanya, sebelum sholat aku mandi dulu, ya karena takut di-antre-in. pasalnya aku tidaur di rumah keluarga yang berjumlah 5 kepala, sementara 1 kamar mandi available. Syukur,  keluar kamar mandi, tak ada yang menungguku di balik pintu.

Sekitar jam 6 aku keluar kamarku. Tentunya, udah beresin tempat tidur dan siap-siap dong. Pas buka pintu, Ibu (ku panggil itu, karena dia ku anggap sebagai Ibu pengganti, nama aslinya Bu Erna. Dia yang ngurusin masuk-keluarnya siswa PKL) bilang: “Said, itu nasinya dimakan. Suadah disiapin dari tadi. Tehnya juga segera diminum, nanti dingin”. “Iya Bu. Ibu udah makan? Bapak, A’ Iman, dan teteh gimana?”, jawabku. “Udah semua, A’ Iman juga udah berangkat ke kantor.”

Tanpa pikir panjang – karena  Ibu bilang kalau tidak dimakan, nanti dibuang, akan sangat menyayangkan sekali! – langsung kuambil nasi goreng yang berwarna kunig kemerahan (enak tapi lumayan makan minyak, hehe). Setelah itu, kusantap secangkir teh dingin milikku. Aku tak lupa akan kebaikan orang lain, sehingga aku harus balas budi walau sebatas cuci piring bekas makan dan gelasnya. Padahal Ibu ngomel-ngomel melarangku, tapi aku tetap saja rayu biar aku bisa melakukan kebaikan.

“Said, mau cuci baju sekalian gak?, Tanya Ibu. Aku mikir kalau tidak nyuci sekarang, kapan lagi dan dimana aku bisa nyuci baju karena aku tak menemukan tukang “laundry” di sekitar rumah Ibu. Ku jawab “Ya Bu. Nanti Said sendiri yang nyuci”. Lepas masukan baju ke mesin cuci, kulihat jam sudah mukulin 07.30, artinya aku harus sudah siap di depan jalan (depan SMA Al-Azhar).

Sudahlah aku keluar rumah menuju PUSDIKLAT KS. Bajunya Ibu yang ngurus dan Ibu tidak berangkat barenga dengan aku karena ada urusan dulu, katanya. Tiba di jalan, aku dipanggil Teteh (ku belum tahu namanya, sehingga Ku panggil “Teteh” saja). “Ayo bareng saja, mau ke PUSDIKLAT kan? Aku mau kea rah sana juga. Aku mau beli nasi uduk.” Merasa segan menolak, aku paksakan “Iya, teh”. “kamu di depan ya. Biar ku bawakan 2 helm mu (helmku 1 dan 1 lagi milik Fachri Cahyana). Bisa kan bawanya?” aku hanya bisa menjawab : “Iya, teh”. Akhirnya aku naik motor vario abu-abu dan aku di depannya. Aku anggap dia sebagai kakakku kok (jangan ngiri ya…haha).
“Makasih ya teh”, ucapku dengan lembut. “Iya”, jwabnya dengan nada sedikit keras (keluarnya kelelakiannya, maaf ya teh…) Ini mah Cuma realita, hahai…

Wah, kesel sih tapi biasa aja ah. Ku datang di ruang training seperti kemarin. Aku berdiri tanpa tempat duduk. Entah kemana beberapa kursinya hingga aku dan teman-teman tak bisa duduk, bahkan ada yang di luar. Agendanya adalah pembagian buku laporan PKL dan kartu ID. Aku tunggu suara “Ahmad Said UII….” Hingga lama tak kunjung datang. 60 menit lebih aku keluar ruangan dan duduk di teras. Ibu datang menghampiri dan ternyata membawakan buku laporan PKL dan ID Card yang tak kusangka. seperti tamu istimewa saja, ucapku dalam hati.

Yang grade keselnya meningkat itu kala menunggu kertas presensi kerjaku. Di depan ruangan Ibu, aku, Fachri, dan teman-temanku (dari UMS) menuggu hingga 2 jam. Lelah, letih, jemu, dan penat karena dalam gantungan ‘panggilan’. Akhirnya Ibu datang dan bilang: “Kamu dan Fachri udah ditunggu loh sama Bu Elly (koor training PBS, nanti ku kasih tau selanjutnya), dekat pa satpam”. “Iya Bu, makasih.” (Maaf ada yang kupotong karena aku sudah lelah menulis dan magrib datang. Itu cerita aku keluar mencari minum dan pulsa)

Alhamdulillah ternyata Bu Elly baru saja sampai di PUSDIKLAT dan masih dalam mobil jemputan KS. Aku dilambaikan tangan olehnya seolah memanggil namaku. Langsung kubuka pintu mobilnya dan kami masuk.

Ah, ini rupanya tampatku bekerja nanti, di PBS. Awalnya aku di bagian QC, tapi alatnya sedang rusak jadi ganti tempat deh, capek gak ya… sudah masuk di dalam, aku malah disuruh nunggu karena sedang jam istirahat. Bayangkan atu pikirkan deh, kami harus nunggu dari jam 10.30 hingga 13.30 tanpa kerjaan. Kita seolah-olah ditelantarkan.  

(Di sini aku lanjutin nulis setelah sholat maghrib, makan, dan cuci piring)
Mau muter-muter pabrik juga capek, karena sudah di lantai 2. Ya sudah akhirnya berdiam diri di sofa berdua (sama siapa ya…coba tebak! Kalau benar, dapet traktiran darinya. Mau?) sampai pukul 12.00 kami memutuskan untuk makan dulu di kantin, terus sholat, dan qoilulah (tidur siang). Tepat pukul 13.20 kami turun dari masjid dan menuju kamar mandi sebelum kembali ke tempat semula. Lewat 10 menit dari 13.30, kami sampai di sofa. Antara untung dan rugi. Untungnya kami belum terlambat, tapi rugi sekali kami seolah dibohongi dalam hal waktu dan materi. Hanya 60 menit kurang, materi yang kami dapatkan (6 dari POLINEMA dan 2 dari UII). 

Langsung cerita pulangnya aja yah. Aku kan lum tau pulang nanti pakai apa, ya Tanya-tanya katanya pakai bis jemputan. Sip, setengah 5 sore bis KS 06 jemputan karyawan depan DR datang. Aku pun siap memburunya. Betul juga dan sampailah di tempat yang disebut terminal, padahal sih lapangan kosong tempat bis KS berkumpul aja (ya mungkin begitu..). Nah inilah satu kenanganku. Awalnya, aku Tanya ke satu supir bis : “pak, mana bis yang ke Al-Azhar ya?”. Dibilang no 29 atau 28. Kutemukan bis KS 29 dan kutanya: “Pak. Ini ke arah Al-Azhar gak?” “SMA Al-Azhar ya? No 23 mas. Carii aja!” langsung kucari KS 23 dan bis itu sudah mau melaju karena sudah berbalik arah. Aku melambai-lambaikan tangan (kaya lagi tampil di “Dunia Lain” aja). Kudapatkan mobilnya walau aku hanya duduk dengan kaki kiri di tangga atas (bayangin aja ya dari sekarang…).

Pelajaran yang ada hari ini adalah Percaya pada Allah dan Diri sendiri. Kalau ada usaha, InsyaAllah apa yang diinginkan akan berhasil. Mencoba sesuatu walau itu hal baru, InsyaAllah aku akan tahu jawabannya, sehingga tidak menjadi orang yang diGANTUNG. Kata pepatah Arabnya sih: “Jarrib wa laahidz takun ‘aarifan” (cobalah, niscaya kau akan mengerti). Sampai jumpa hari berikutnya. (Maap seleasainya Hari ke-4 aku PKL). Pkl 21:36 WIB (07/02/2013).    
 

The 2nd Day in PKL



Mungkin lebih tepatnya adalah hari kedua aku di BAnten,  karena aku baru masuk PKL hari ini (5 Feb 2013). Ku bangun subuh telah pagi ini. Jam 5 aku bangun dan menuju ke masjid untuk Subuh 2 raka’at. Setelah itu, aku mandi di masjid karena di rumah Bapak tak kutemukan kamar mandi. Wah, ternyata ada juga Obi yang lagi mandi dan kutemukan ia dalam kondisi telanjang bulat di tempat wudlu (astaghfirullah… apakah A’ Deo juga seperti ini setiap harinya…?) Karena gak kamar tertutup selain tempat wudlu dan tak ada celana untuk basahan, aku pun buka sandangku tanpa sisa (jangan dibayangin ya…kan itu sama aja kayak di kamar mandi)

Sudah siap aku berangkat, aku diajak makan oleh Ibu (mama A’ Deo ya…). Aku masih dikasih makan loh sebelum berangkat ke Cilegon walau mereka dalam keadaan seperti itu. Aku sangat bersyukur dan berdoa : “Semoga balasannya lebih dari apa yang diberikan dan barokah”.

Pagi yang cukup telat dan menelatkan (aku tak tepati janji), jam 06.30 aku baru melaju ke ring road bersama Bapak+ De’ Diki. Uang ku keluarkan tuk ongkos bertiga ke PUSDIKLAT PT KS. Syyukur sampai di target place. Kami temui Bu Erna untuk mengurus administrasinya (bukan berarti ada bayar ya…). Aku pun minta maaf atas keterlambatan hari kedua karena di jalan jembatan Serang, spion mobilnya  ditenggor truk. Bu Erna mengerti keadaanku (terima kasih, Bu…) dan menyuruhku untuk masuk ke ruangan karena sedang ada pengarahn materi K3LH dan Bapak diminta pulang karena saya akan sampai sore di tempat. Bapak pun pulang bersama Diki ke Pandeglang.

Aku masuk ruang dan bagian belakang yang masih kusyukuri untuk kutempati. Aku dapat teman baru dari SMK sekitar Cilegon, ada Ikhsan dari SMK YP Fatahillah, dan lainnya yang tak dapat kusebutkan 1 per 1 (hehe, padahal mah lupa namanya…). Dia dari Jurusan Mesin dan aku akrab sekali dengannya.

Istirahat aku berjumpa Fachri dan makan bersama di kantin. Kupesan the hangat saja, sedang Fachri bawa bekal (katanya dia ‘kapok’ dengan kejadian kemarin karena harga nasinya wuiihh melambai-lambai). Banyak cerita yang kami obrolkan di sana sampai pada posttest K3LH hari itu juga.

Benar yang dikatakan Fachri, ada posttest hari itu, jam 2 siang tepatnya (padahal janjinya jam 4). Ya, sudahlah aku hanya menjawab apa adanya dan saya kira jawabannya sekitar lingkungan kerja dan keselamtannya serta pencemaran lingkungan (masih kujangkau deh walau tak ikut 1 hari – sombong he..). Alhamdulillah aku dan Fachri lulus, padahal yang lain ada yang harus mengulangin test-nya (banyaknya sih anak SMK YP KS sendiri dan lainnya serta mahasiswa PT – dari IPB semuanya juga mengulang, ih malu bener deh…). Katanya sih kalau sudah mengulang sekali test dan tidak lulus laggi, maka PKL nya ditunda bulan depan atau bahkan tahun depan, mengeri(ng)kan sekali untuk dipulangkan.

Hampir setengah dari siswa PKL bulan ini yang tidak lulus posttest K3LH ketika itu dan harus mengikuti remediasi tesnya. Wah, aku sungguh tegang ketika nama-nama yang tidak lulus disebut. Aku tunduk dan berdoa terus tanpa henti dan bercanda dengan teman. Ketika dilihat kertas kumpulan mereka yang tidak lulus posttest habis, aku langsung ucap “Alhamdulillah…terima kasih ya Allah.” Mereka yang disebut, mengulangi tesnya sekali dan langsung mengumpulkan jawabannya. Jam 4 tiba dan jawaban tes telah dikoreksi sampai ujung dan hasilnya: “Yang tidak lulus ujian PKL di PT Krakatau Steel adalah…. Tidak ada…”. Sorak-sorai tanda syukur dan gembira dikumandangakaan.. (kayak adzan saja ya). Bulan ini semua siswa diterima PKL dan aku sangaat yakin sebeenarnya tidak mungkin ada siswa yang tidak diluluskan karena kita semua juga sudah melalui tahap seleksi dari 700an pendaftar hanya kita (200an) yang diterima.

Pulang dari test, aku ke depan kantor Bu Erna sesuai janji karena mau nginep di rumahnya sementara. Ternyata, di situ saya dapat sepatu dan helmet pinjaman dan langsung saja kuambil. Bu Erna menjumpaiku dan mengajakku dan Fachri ke rumahnya.

Tiba di rumah, kita makan mie dok-dok. Selesainya, kita pergi cari tempat jual sandang karena aku gak bawa sandang urgent (apaan tuh…?) dan Ramayana lah yang dituju. Rupanya Fachri tergoda dengan apa yang ada di sana. Akhirnya dia beli celana pendek berrbatik. Pulangnya, kami makan es dan Fachri yang bayarin karena dia yang nawarin (makacih ya boy… -kalao aku sih gak berani beli es krim di situ – kalo dia mungkin sudah biasa). Seterusnya kita pulang saja tanpa sholat  Isya dulu karena mau sholat aja harus bayar, huuufft… (kasian yang gak punya duit ya, berarti mereka gak sholat doong!)

Pelajaran hari ini ya aku harus berani berbicara dengan yang lain biar ada jalinan informasi dan kekeluargaan. Kemudian, berusahalah semaksimal mungkin mengejar asa dan percayalah Allah akan membantu dan mendengar doa kita. 

My Story of PKL in PT Krakatau Steel (bag 1)



Masa PKL adalah masa seorang mahasiswa mengenal dunia industri lebih real, selain untuk aplikasi teori yang sudah didapat dari perkuliahan kampus. Nah, daripada nganggur dan blog saya tak aktif, maka saya isi dengan beberapa cerita saya awal PKL di PT Krakatau Steel (KS), Tbk. bagi yang belum nih, perusahaan KS itu memproduksi steel (baja)dan menjadi perusahaan baja pertam di Asia Tenggara. lokasinya ada di Cilegon, propinsi Banten. 
The 1st Day of My PKL
PKL di PT KS dimulai tanggal 04 Februari 2013 (Senin). Aku berangkat dari Jogja Ahad pkl 15.00 dan tiba di terminal Serang baru Senin pukul 12.00 WIB.

Alhamdulillah Allah memberikanku peringatan sekaligus keselamatan dari ini. Bis Santoso yang aku bayar 145.000 (gak penting kali yee), seharusnya sampai di Serang pukul 05.00, tapi realita berkata lain. As-sabab yakni ban mobil angus malam hari dan paginya bujur diseruduk container dari belakang hingga pengok dan mesin hampir mati. Dua jam aku telah menunggu bis di jalan tol, Bapak (Ayah A’ Deo, yang juga menjadi Bapak angkatku) menelepon: “Said, sudah dimana?” “Masih di terminal Bekasi, pak. Mungkin sekitar 2 jam lagi,” jawabku.

Setelah itu, aku sms ke Bu Erna (pengurus administrasi PKL di PT KS), yang isinya adalah permintaan maafku terlambat datang di PUSDIKLAT. Dibalas olehnya: “Iya, gak apa-apa. Kondisi Said gimana? Sekarang istirahat dulu, besok pagi saja ikutnya tidak apa-apa.” Alhamdulillah sekali tuturku dalam hati.

Tibalah di terminal Serang, tapi tepatnya depan agen Bis Santoso. Aku turun langsung mencari konter untuk men-charge HP ku yang sedari di mobil low battery. Kutinggal HP ku di konter dan aku mencari masjid untuk mandi (hehe, 2 hari belum mandi…) dan sholat Dzuhur. Ternyata Bapak nelpon HP ku beberapa kali, aku cukup menyesal telah membuatnya kecewa. Lalu A’ Deo nelpon: “Said lagi dimana? Dah ditunggu ma Bapak tuh di terminal, astaghfirullah…”. “Ya, pak nanti saya ke depan lampu merah”, jawabku pada telpon Bapak setelah A’ Deo telpon. Via sms kumanfaatkan sebelum HP mati untuk memberi isyarat pakaianku bahwa aku memakai peci putih dan jaket hitam. Alhamdulillah di lampu merah, Bapak melambaikan tangannya menandakan ia menemukanku dan aku pun baru tahu kalau penampilan bapak seperti itu. Aku sedikit diomelin sama Bapak, hehe (maaf ya pakk dan A’ Deo…).

Cium tangan dan salam telah kulakukan, tingggal ikut bapak menuju ke Serang. Awalnya, aku mengira itu rumah A’ Deo, tapi rupanya rumah Bibi. Kusambi kopi dan rambutan. Jam 3 aku dan bapak + de’ Diki pulang ke Pandeglang, setelah pamit dengan Mama, Bibi dan Uwak. Dalam perjalanan, hujan mengguyur akibatnya kami berhenti di pasar Serang kota. Alhamdulillah di situ aku dapat charger HP ku yang pas dengan harga 25 ribu + charge ¼ full karena udah mau melanjtukan perjalanan lagi.

Sampai di rumah Pandeglang, aku kaget karena rumahnya begitu luas dengan 1 ruang serbaguna (maaf ya, A’ Deo). Alhamdulillah maghrib segera datang setelah aku dan Bapak tunaikan sholat Ashar. Maksudnya untuk alasan agar aku tinggal di masjid sehingga tak merepotkan mereka. Aku tak mandi lagi sore itu. Tak masalah. Hebatnya dari keluarga A’ Deo adalah mereka masih bisa menghormati tamu dengan baik, memberiku makan malam dengan seadanya (ada ikan, sambal, lalapan, mie goring juga hehe, banyak ya..). abis maghrib aku keluar masjid bergabung dengan remaja masjid. Ya apa lah SKSD kan silaturahmi. Yang kukenal ada Bukhori, Obi, Very, dan 1 lagi siapa ya llupa… (dibantu ya, A’ Deo..). mereka semua ternyata rekan seperjuangan A’ Deo di masjid.

Setelah Isya, aku teringat akan tugas ujian pondok yang belum dikirim. Kucari warnet, tak ada rupa. Ada Very (kawan A’ Deo) yang punya modem dan laptop, tapi koneksinya cukup lama dan saya belum juga kerjain tugas power point-nya. Akhirnya jam 10 malam tiba dan saya harus mengakhirinya karena tak baik berlam di rumah orang, sementara Bapak juga menungguku di rumah. 

Aku harus pulang karena janjiku. Ku pulang, pintu sudah tertutup, akhirnya aku naik ke jendela rumah sebelah tempat A’ Deo  tidur (kamar teman A’ Deo). Di sana kutemui teman A’ Deo yang kuliah di UIN Jakarta (lupa juga namanya, maaf ya a’..). 

Yah, di sinilah aku belajar hidup dan kehidupan dengan teladan A’ Deo yang pernah kulihat. Satu, aku harus bersabar menghadapi keadaan yang tak sesuai harapan. Dua, usaha dulu, baru ngomong.