Faktor-faktor yang Mempengaruhi Arah Reaksi
1. Pengaruh Temperatur
Jika temperatur sistem dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan temperatur, kesetimbangan akan bergeser ke reaksi yang menyerap kalor (reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm. Misalnya, reaksi pembentukan NO2 dari N2O4 berikut:
N2O4(g)----> 2NO2(g) delta H = +58 kJ. (proses endotermik)
Jika temperatur dinaikkan, maka pada proses endotermik akan menyerap panas dari lingkungan sehingga membentuk molekul NO2 dari N2O4.
2. Pengaruh Konsentrasi
jika konsentrasi salah satu komponen tersebut diperbesar, maka reaksi sistem akan mengurangi komponen tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu komponen diperkecil, maka reaksi sistem adalah menambah komponen itu.
3. Pengaruh Tekanan dan Volume
Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan membuat sistem bereaksi dengan mengurangi tekanan. Tekanan gas bergantung pada jumlah molekul. Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan, reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisien reaksinya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara memperbesar volume, maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan. Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah koefisien reaksinya lebih besar.
SELEKTIVITAS PRODUK
Selektivitas hasil reaksi dipengaruhi oleh segi kiral di dalam substrat, reagen, katalisator atau lingkungan dari suatu reaksi. Enantioselectivitas yang lebih spesifik dan diastereoselectivitas biasa digunakan di dalam situasi-situasi yang sesuai. Faktor stereoelektronik berpengaruh pada adisi dari reagen nukleofilik ke grup karbonil, terutama aldehid dan keton.
TERMODINAMIKA REAKSI
Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energy dengan kerja suatu system. Energy bebas yang dihasilkan memiliki 2 besaran, yaitu entalpi dan entropi, dengan persamaan umuum energy bebas Gibbs sebagai berikut:
Dalam senyawa kompleks, terdapat reaksi substitusi ligan. Kestabilan dan kecenderungan dan untuk beraksi menggunakan sifat termodinamika. Akan tetapi, spesi yang tidak stabil secara termodinamika tidak berarti reaktif secara kimia termodinamika (spesi yang konstanta pembenrtukannya besar) tidak selalu reaktif.
REAKSI SUBSTITUSI
Di dalam reaksi susbtitusi, gugus fuungsi suatu senyawa akan digantikan oleh gugus fungsi lain yang lebih kuat. Ada tiga tipe reaksi, yaitu nukleofilik, substitusi elektrofilik atau susbtitusi radikal. Substitusi nukleofilik dapat berlangsung melalui 2 mekanisme, yaitu Reaksi SN1 dan SN2.
Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus pergi akan lepas dan membentuk karbokation. Kemudian diikuti reaksi yang sangat cepat dengan nukleofil. Sementara itu, dalam mekanisme SN2, nukleofil akan melewati keadaan transisi yang memiliki energy potensial lebih tinggi dibandingkan dengan energy dari pereaksi ataupun produknya. Kedua mekanisme ini berbeda pada hasil stereokimianya.
REAKSI ELIMINASI DAN ADISI
Reaksi adisi dan eliminasi merupakan suatu reaksi yang mengubah jumlah substituent dalam atom karbon dan membentuk ikatan kovalen. Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan rangkap seperti alkena dan alkuna, yang dapat bereaksi dengan hydrogen, halogen, maupun asam halide (HX).
Berlawanan denga adisi, Pada reaksi eliminasi molekul senyawa yang berikatan tunggal (ikatan jenuh) berubah menjadi senyawa berikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dengan melepaskan molekul yang kecil. Beberapa macam tipe reaksi eliminasi:
a. Reaksi dehidrogenasi (pelepasan Hidrogen)
b. Reaksi dehidrasi (pelepasan air)
c. Reaksi dehidrohalogenasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar