Laman

Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 21 Februari 2018

Perpanjangan Paspor di KBRI Bangkok



Berawal dari sebuah permasalah seorang teman seperantauan. Memang masalah bisa membuka wawasan kita lebih jauh kali ya.
Berbicara tentang perpanjangan paspor, kita bisa melakukannya di kantor imigrasi terdekat di kabupaten atau kota baik di Indonesia ataupun di luar negeri seperti Konsulat atau Kedutaan Besar. Secara administratif, persyaratannya sama, tapi mungkin ada data yang tidak diperlukan dan ada tambahan, begitupun lama prosesnya, mulai 1 hari hingga 2 minggu, tergantung kebijakan kantor juga.

Untuk rekan-rekan yang sedang studi di Thailand, kali ini saya akan berbagi informasi dari pengalaman teman saya yang juga mahasiswa di Thailand. Untuk persyaratan perpanjangan paspor di KBRI Bangkok bisa ditengok di website ini: http://indonesianembassybangkok.org/consular-immigration/indexbrowser.php?main=consular_wni_layananpaspor, yaitu:

1. Sudah pernah lapor diri di KBRI (di SAWADI)
2. Fotokopi akta kelahiran/ijazah
3. Fotokopi identitas diri: KTP/SIM/kartu pelajar
4. Paspor lama
5. Surat rekomendasi dari perusahan bagi yang bekerja; surat rekomendasi dari suami/istri bagi yang ikut suami/istri
6. Working Permit bagi yang bekerja
7. Surat dari kepolisian Thai untuk yang hilang

Model paspor yang disediakan olrh KBRI berupa model baru buatan tahun 2015 yang berwarna kebiruan. Harganya 36 USD. Lamanya bisa sehari jadi, misalnya hari ini pagi jam 9 kita masukkan berkas lengkap dan besok siang jam 2an bisa diambil paspornya.

Ada beberapa kemudahan bila kita membuat paspor baru atau memperpanjang paspor di KBRI Bangkok:
Pertama, pembuatannya mudah dan cepat.
Kedua, di sekitar KBRI ada banyak teman Permitha (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Thailand) yang tinggal di dormitory, apartemen atau kontrakan. Jadi, kita bisa minta teman-teman untuk bantu nyarikan tempat tinggal juga. Selain itu, di dekat KBRI ada Soi 7 (Soi Cet), banyak warung halal di sepanjang jalan setiap pagi, ada masjid dan ada apartemen yang cukup murah juga.
Ketiga, buat rekan-rekan yang lupa membawa uang dollar atau kurang uang dollarnya, di deberang KBRI ada Money Changer yang menjual Dollar dengan rate yang masih "masuk akal".
Keempat, rute perjalanannya cukup mudah. Kalau dari bandara Don Mueang, bisa naik MRT atau bus. Untuk MRT bisa tujuan ke BTS Skytrain daerah Mo Chit dulu, lalu lanjut dengan Skytrain ke BTS Ratchadewi dengan harga 40 baht. Dari bandara Don Mueang, kita bisa nyari agen bus Bangkok, lalu tanyakan untuk tujuan Ratchadewi (BTS Ratchadewi). Bus malam dari bandara DMK terakhir pukul 12 malam. Dari BTS Ratchadewi, rekan-rekan bisa pasang Google Maps untuk tujuan akomodasinya atau KBRI Bangkok. Selanjutnya terserah rekan-rekan.

So, saran penulis buat rekan-rekan yang ingin perpanjang paspor di KBRI adalah:
1. Siapkan lengkap dokumen persyaratannya.
2. Rencanakan tempat tinggal minimal 1 malam di Bangkok karena mau tidak mau harus menginap semalam hingga paspor baru bisa diambil.
3. Pastikan sudah mengecek jadwal hari kerja KBRI Bangkok. Pastinya, tidak ke KBRI Bangkok pas jadwal libur Thailand dan Indonesia.
4. Pastikan sudah membawa uang dollar dan uang baht cukup untuk tinggal di Bangkok selama 2 hari minimal.
5. kalau bisa, kontak KBRI terlebih dahulu sebelum pergi ke Bangkok.
6. Pastikan HP full battery sebelum berangkat dan membawa charger dan paket internet ya untuk memepermudah perjalanan.

Semoga bermanfaat.
Boleh tanya di: saidchemist20@gmail.com

Rabu, 14 Desember 2016

Satu Hari Serasa Satu Jam



Sore ini, kulihat seorang pemuda di depan perpustakaan kampus. Baru saja dia duduk dan menjadikan kursi sebagai sandaran punggungnya yang nampak berat. Namun, mengapa wajahnya sekejap berubah masam. Padahal sedari jauh ia berjalan dengan wajah tersenyum seperti biasanya yang mengiringi paras tubuh mungilnya.

Ah, It is not my business, bukan urusanku sih. Tapi, hati ini tak bisa dibohongi ingin menyapanya dan mencari tahu masalahnya. Tapi, itu tak semudah 'googling' untuk mencari bahan jawaban PR kuliah. Kulihat saja dia dari jauh. Dia membuka tasnya dan meraih laptop putih ASUS nya yang tersembunyi. Sudah kuduga, dia ingin menulis. Sepertinya jari-jarinya sudah terasa gatal-gatal, akibat unreachable syndrome in writing. Yup, seperti diriku yang butuh hiburan dalam tulisan.

Kata demi kata telah tertata dalam barisan yang membentuk paragraf. Kutengok isinya, oh... dia meluapkan kejenuhannya dalam kata-kata.

"Sudah berapa hari ini aku sering sekali menempel di meja belajar kamarku lebih dari 24 jam perhari. Tapi juga tak lupa lepaskan diri dari kursi untuk sekedar sholat, makan, minum, dan ke kamar mandi. Walau hati tak bisa dibohongi, lagi-lagi, tapi badanku masih memaksakan diri. Mataku hampir kering karena di depan komputer tanpa converter radiasi. Perut ini tak terasa lapar walau tak makan seharian. Kujajakan kedua tanganku, kutali pikiranku pada lembaran-lembaran kertas saja. Sesekali kualihkan jariku pada layar komputer untuk 'googling' referensi bacaan. Terdengar dering nada dari telpon genggamku, namun kuhiraukan hingga kutemukan space pada pikiranku.

Aku terbangun dengan saat alarm subuh memanggilku. Lalu bangkitlah tubuhku menuju kamar mandi dan hingga akhirnya bersujud kepada Tuhanku. Meja belajar dan buku kuliah yang kutinggalkan di atasnya menggodaku seakan ingin ditemani setiap saat. Tak terasa dzuhur tiba, aku hanya dapat meraih 5 nomor saja dari ratusan soal yang ada. Perut tak peduli pada diriku yng sudah kelaparan, namun badan ini menjajah untuk kerja rodi seharian hingga mission complete! Kau tahu? Hingga waktu menunjukkan pukul 02.00 badanku masih tertanam rapi di meja dengan mata yang belum terbenam. Tak cukup sehari saja, hari esok pun berlanjut hingga datang hari berikutnya seperti satu jam saja berlewat. Baiklah, kutekadkan dengan bulan bahwa hari ini harus kuakhiri perjuanganku yang konyol seperti ini. Aku harus selesai dan ingin berjumpa dengan kawan-kawan di luar sana.

Hari keempat, datanglah dengan keadaan seperti biasanya. Dzuhur tiba dan nasi belum menjumpai mulutku. Dalam hati, besyukur karena tersisa 5 nomor saja dari sekian ratus soal yang telah datang menghampiriku. Oke, ini hanya soal-soal mudah, aku pasti selesai saat Ashar tiba. Kau tahu? Setelah 3 jam berlalu melewati waktu dzuhur, aku sudah beres menuliskan jawaban dari soal pamungkas. Lalu, kurapikan lembaran-lembaran jawaban yang telah kusimpan dalam satu wadah untuk ku-submit segera. Oh, aku harus pergi hari ini ke kampus untuk submit PR ku. Bahagia tak terkira bak narapidana yang keluar dari sel.

Ingin kuucapkan terima kasih pada Tuhan atas segala karunia-Nya hingga aku berhasil lengkap pada satu misiku. Walau aku harus sedih-tertawa karena masih punya misi lain yang harus kulengkapi dalam waktu kurang dari 1 minggu saja. Terima kasih untuk dirimu yang telah toleran dan perhatian atas keadaanku selama ini."

Luar biasa, dia sedang dalam kondisi berbahagia menyelesaikan misi-misinya. Yang kutahu dan kutangkap darinya, dia tak patah semangat untuk kejar impiannya walapun memulai segalanya dari nol dan jatuh terbangun selalu. Tak lelah untuk menghilangkan pahitnya kebodohan.
"Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup merasakan perihnya kebodohan"-Imam Syafi'i dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i.

Hatyai, Thailand, 14 Desember 2016.

Sabtu, 17 Mei 2014

Ujian Nasional, Dilema Antara Jujur Atau Curang


Berita kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) akhir-akhir ini menghiasi pemberitaan di tanah air. Menurut Humas Kemendikbud RI, pada hari pertama pelaksanaan UN tanggal 16 April 2012, posko UN telah menerima 254 pengaduan. Aduan yang dilaporkan ke posko UN terkait dengan bocornya soal dan kunci jawaban UN. Realitas pelaksanaan UN yang penuh dengan kecurangan dalam segala bentuknya, mengindikasikan terjadinya krisis moralitas dan rasa percaya diri di kalangan siswa dan siswi Indonesia.

Moral terutama sikap jujur, sebenarnya telah ditanamkan sejak siswa dan siswi duduk di bangku Sekolah Dasar, bahkan sebelum para pelajar tersebut duduk di bangku sekolah, telah diajarkan oleh orang tuanya untuk berlaku jujur. Secara formal, terdapat mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan pelajar untuk berlaku jujur. Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan kepada para pelajar untuk bersikap jujur. Mata pelajaran lainnya pun banyak yang menekankan pentingnya berlaku jujur seperti mata pelajaran agama. Pada dasarnya agama manapun mengajarkan penganutnya untuk berbuat baik, bersikap jujur.

UN pada dasarnya merupakan bentuk ujian nyata kepada para siswa dan siswi sekolah atas materi-materi yang diajarkan dalam mata pelajaran pancasila dan agama. Berhasil atau gagal pelajaran pancasila dan agama, dapat dilihat dalam pelaksanaan UN.

Terlepas dari isu pro-kontra pelaksanaan UN, UN merupakan salah satu parameter menguji keberhasilan proses belajar-mengajar yang dilakukan di sekolah. Dalam perkembangannya UN mendapat kritik dari berbagai pihak. Namun ibarat kalimat yang menyatakan “tidak perlu memenggal kepala untuk mengobati rasa pusing” adalah betul, yang merefleksikan pendapat menghapus UN. Tidak perlu dihapus, yang ada adalah perlunya pengawasan dari diri sendiri yang lebih. Karena yang paling berhak dan efektif adalah self control. Bekal kejujuran telah menggunung semenjak berada di SD.

Untuk memperbaiki sistem pendidikan dan menghilangkan kebiasaan bertindak curang dalam UN setiap pribadi perlu memasang kamera kejujuran. Hal ini tentu dimulai dari pendidik yang menjadi teladan yang kemudian ditulaarkan ke peserta didiknya. Seorang pedidik akan meniru sikap pendidiknya dalam berbuat sesuatu, namun pedidik juga perlu menananmkan pemaksaan dalam diri untuk jujur dalam segala hal. Termasuk tidak menerima jawaban soal UN dari siapapun demi terjaganya moral dan nama baik diri dan sekolah.